Meulaboh – Polres Aceh Barat menegaskan tidak akan memberi ruang bagi aktivitas pertambangan emas ilegal atau Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang masih ditemukan di sejumlah kawasan di kabupaten setempat.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Yhogi Hadisetiawan, S.I.K., M.I.K., mengingatkan keras masyarakat untuk segera menghentikan praktik tambang ilegal tersebut.
Menurutnya, PETI bukan hanya bentuk pelanggaran hukum, tetapi juga menimbulkan dampak serius bagi lingkungan, mulai dari kerusakan hutan, pencemaran sungai, hingga risiko bencana banjir dan tanah longsor.
“Dampaknya bisa sangat berbahaya. Selain merusak ekosistem, tambang ilegal bisa memicu bencana yang menelan korban jiwa. Karena itu kami tegaskan, jangan ada lagi yang terlibat dalam PETI,” ujar AKBP Yhogi, Minggu (28/9/2025).
Kapolres menjelaskan, aturan hukum sudah jelas mengatur sanksi bagi pelaku tambang ilegal. Berdasarkan Pasal 158 UU Nomor 3 Tahun 2020, pelaku dapat dijatuhi hukuman penjara maksimal lima tahun dan denda hingga Rp100 miliar.
“Ini bukan ancaman main-main. Negara sangat serius melindungi sumber daya alam dan keselamatan masyarakat. Jika masih ada yang melanggar, kami akan tindak tegas,” tegasnya.
Selain penegakan hukum, Polres juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli menjaga lingkungan. AKBP Yhogi menekankan bahwa keuntungan sesaat dari aktivitas tambang ilegal tidak sebanding dengan kerugian jangka panjang yang ditimbulkannya.
“Jangan hanya memikirkan untung hari ini. Kalau lingkungan rusak, anak cucu kita yang menanggung akibatnya. Mari kita jaga alam Aceh Barat agar tetap lestari,” pesannya.
Polres Aceh Barat juga meminta dukungan semua pihak, mulai dari tokoh masyarakat, pemerintah daerah, hingga lembaga terkait, untuk bersama-sama mencegah PETI. Masyarakat pun diharapkan segera melapor apabila mengetahui adanya aktivitas tambang ilegal.
Dengan langkah tegas ini, Polres optimistis Aceh Barat dapat terbebas dari praktik tambang ilegal sekaligus mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah di masa depan.
