Aceh Utara — Pelabuhan Krueng Geukueh di Aceh Utara menjadi simpul utama distribusi bantuan logistik menuju sejumlah kabupaten/kota di Aceh setelah wilayah tersebut dilanda banjir parah dalam beberapa hari terakhir. Konsolidasi lintas-instansi terus dilakukan untuk memetakan jalur distribusi, memenuhi kebutuhan mendesak, serta mempercepat pemulihan situasi di lapangan.
Pertemuan koordinasi berlangsung di kawasan pelabuhan dengan melibatkan unsur strategis, antara lain Kepala KSOP Lhokseumawe Azwar, Branch Manager Pelindo SPMT Branch Lhokseumawe Aulia Rahman, Captain SAR Nasional Maruli, perwakilan Kapolres Lhokseumawe melalui DanPos KP3 Pelabuhan Bripka Qafrawi, Danramil Dewantara Jamidin, Kabag Kominfo Kota Lhokseumawe Taruna, serta DanPos Lanal Pelabuhan Lettu (L) Bama Ribut.
Rapat tersebut juga mempersiapkan kedatangan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, yang dijadwalkan bersandar di Pelabuhan Krueng Geukueh untuk meninjau langsung kondisi dan penanganan pasca banjir.
Dalam briefing gabungan, para pemangku tugas menegaskan pentingnya menjaga pelabuhan tetap berfungsi sebagai jalur logistik yang aman dan lancar. Mobilisasi beras, obat-obatan, peralatan evakuasi, serta kebutuhan darurat lainnya saat ini dipusatkan di terminal pelabuhan sebagai langkah percepatan bantuan ke masyarakat terdampak.
Kepala KSOP Lhokseumawe Azwar menegaskan komitmen pihaknya dalam memastikan kelancaran arus pelayaran.
“Ketika bencana menutup akses darat, laut harus tetap menjadi harapan. KSOP memastikan setiap kapal masuk dengan aman, distribusi berjalan tanpa hambatan, dan bantuan tiba ke warga paling terdampak. Pelabuhan tidak boleh berhenti ketika rakyat membutuhkan,” ujarnya.
Branch Manager Pelindo SPMT Branch Lhokseumawe Aulia Rahman menyampaikan bahwa pihaknya terus bersiaga penuh sejak banjir meluas.
“Seluruh tim stand-by 24 jam untuk memastikan dermaga, peralatan bongkar muat, dan rantai logistik berjalan optimal. Di masa krisis, pelabuhan bukan hanya infrastruktur, tetapi pusat kendali kemanusiaan,” ujarnya.
Dari unsur SAR, Captain Maruli menegaskan bahwa operasi penyelamatan terus digencarkan.
“Kami bergerak dari laut hingga daratan untuk memastikan tidak ada warga terisolasi. Setiap menit berarti, dan setiap operasi adalah komitmen bahwa negara hadir,” ujarnya.
Sementara itu, DanPos Lanal Pelabuhan Lettu (L) Bama Ribut menambahkan bahwa keamanan laut menjadi prioritas dalam operasi kemanusiaan ini.
“Laut bukan hambatan — laut adalah jalur penyelamat. Kami mengawal kedatangan kapal bantuan dan memastikan distribusi berlangsung tanpa gangguan,” katanya.
Dari unsur kepolisian, Bripka Qafrawi menegaskan komitmen Polri dalam menjaga ketertiban di area pelabuhan.
“Kami memastikan setiap pergerakan logistik berlangsung tertib dan aman. Pengamanan jalur distribusi menjadi prioritas agar masyarakat merasakan kehadiran negara,” ujarnya.
Dengan kekuatan lintas-instansi yang terkonsolidasi—mulai dari otoritas pelabuhan, TNI-Polri, SAR, hingga pemerintah daerah—Pelabuhan Krueng Geukueh kini menjadi pusat penggerak logistik dan respons darurat pasca banjir besar. Para unsur yang hadir sepakat bahwa percepatan pemulihan hanya dapat dicapai melalui koordinasi yang solid dan tindakan cepat di lapangan.
Sembari menunggu kedatangan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk meninjau langsung situasi, pelabuhan tetap beroperasi sebagai pusat kendali distribusi bantuan. Di tengah krisis, Krueng Geukueh kembali menunjukkan perannya sebagai pintu strategis bagi bantuan kemanusiaan dan sebagai bukti bahwa sinergi antar-instansi menjadi kekuatan utama Aceh untuk bangkit.[]
