PUKUL 14.00 WIB, Selasa (28/10/2025), Aula Cut Meutia Kampus Bukit Indah Unimal tampak penuh sesak. Hawa panas menyelimuti ruangan, keringat menetes di wajah para tamu undangan. Pendingin ruangan tak berfungsi, dan lampu-lampu padam sejak pukul 12;00 WIB sebelum acara dimulai. Namun, tak ada satu pun wajah yang surut semangat. Hari itu terlalu istimewa untuk dibiarkan terganggu oleh mati listrik.
Sebanyak 23 dosen dan 155 tenaga kependidikan (tendik) berdiri rapi di tengah ruangan. Mereka bukan sekadar menghadiri sebuah seremoni biasa, hari itu adalah awal baru dalam perjalanan pengabdian mereka sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Universitas Malkussaeh (Unimal).
Di tengah udara pengap dan cahaya alami yang menembus dari pintu kaca, Rektor Unimal, Prof. Dr. Herman Fithra, ASEAN Eng melangkah maju masuk dalam aula. Tanpa mikrofon, tanpa pengeras suara, suaranya tetap bergetar lantang di ruangan itu. Para pegawai menunduk khidmat mendengarkan, sementara senyum hangat sesekali tersungging di wajah sang Rektor saat membagikan satu per satu penerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
“Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi keluarga besar Unimal,” kata Prof. Herman dengan suara yang diupayakan keras agar terdengar sampai ke barisan belakang. “Kita memilih tanggal 28 Oktober karena bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, hari yang mudah diingat dan sarat makna dalam perjalanan hidup kita.”
Setiap kata yang keluar dari bibirnya seakan menggema di antara panas dan kesunyian ruang. Para pegawai baru itu menatap lurus ke depan, sebagian menahan haru, sebagian lagi mengangguk pelan seolah menyimpan janji dalam hati.
Suasana sederhana itu justru menghadirkan makna yang mendalam. Tanpa mikrofon, tanpa tata suara megah, tetapi penuh kehangatan dan ketulusan. Cahaya dari luar menyorot wajah-wajah yang kini resmi menyandang status baru sebagai ASN PPPK Unimal.
Prof. Herman mengingatkan seluruh pegawai bahwa status baru ini bukanlah akhir perjuangan, melainkan awal tanggung jawab besar. “Mulai hari ini, kita bukan lagi tenaga non-ASN. Sudah saatnya berubah dan bekerja dengan semangat baru. Tidak semua orang mendapat kesempatan mengenakan seragam Korpri dan lambang ASN. Karena itu, bersyukurlah dan tunjukkan kinerja terbaik,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga integritas, etika, dan keharmonisan keluarga. Dalam nada yang penuh ketegasan namun juga keibuan, ia menambahkan,
“Jangan sampai setelah jadi ASN ada yang lupa diri. Jangan menceraikan istri atau suami hanya karena merasa statusnya berubah. Kalau itu terjadi, saya akan langsung berhentikan. Jadilah ASN yang membawa keteladanan.”
Kata-kata itu disambut anggukan dan senyum kecut beberapa peserta, namun suasananya tetap cair. Beberapa pegawai saling berbisik kecil, ada yang menatap ke langit-langit yang redup, seolah mengucap syukur dalam diam.
Prof. Herman juga menitip pesan kepada para pimpinan fakultas dan unit kerja agar tidak semena-mena terhadap pegawai PPPK.
“Mereka adalah keluarga besar Unimal. Saya titip kepada pimpinan berikutnya, jangan ada yang diberhentikan di tengah jalan. Biarlah mereka pensiun sesuai waktunya,” tuturnya.
Sesi penandatanganan perjanjian kerja dilakukan dengan tertib, diiringi tepuk tangan kecil setiap kali SK diserahkan. Meskipun udara semakin panas, wajah-wajah itu tetap sumringah. Ada rasa lega dan bangga yang sulit disembunyikan—sebuah perjuangan panjang yang akhirnya berbuah pengakuan.
Prof. Herman menutup sambutannya dengan harapan agar seluruh PPPK mampu mengisi masa kerja hingga 2030 dengan dedikasi dan loyalitas penuh.
“Saya berharap awal tahun 2028 semua bisa bertransformasi menjadi PNS. Namun jika pun belum, jalani dengan tulus dan bersyukur. Yang penting, tetap bekerja dengan hati dan loyal kepada Unimal,” ucapnya.
Tepat ketika acara berakhir, beberapa menit kemudian aliran listrik kembali menyala. Sorak kecil dan tawa lirih terdengar di dalam ruangan, seolah semesta pun ikut bertepuk tangan atas momen bersejarah itu.
Dalam kesederhanaan dan keterbatasan, membuktikan bahwa semangat pengabdian tak butuh gemerlap cahaya. Di hari Sumpah Pemuda, mereka meneguhkan sumpah baru: mengabdi untuk negeri, dengan hati dan integritas.[]